Bangkitnya UKM , Bangkitnya Perekonomian Indonesia
Tahun 2011 yang lalu Indonesia sempat menjadi perhatian Negara-negara di seluruh dunia karena Indonesia adalah salah satu negara yang mampu bertahan di saat Negara-negara lain mengalami resesi dan krisis ekonomi. Keberhasilan Indonesia dalam mencapai peringkat investasi tersebut menjadi daya tarik yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan angka pertumbuhan ekonomi sekitar 6,5 persen, serta pendapatan nasional (PDB) sekitar 820 Milyar Dolar merupakan prestasi membanggakan bagi perekonomian nasional.
Dan dari angka pertumbuhan ekonomi nasional 6,5 persen, dominasi 60 persen perekonomian negara ini dari kontribusi UKM. Ini salah satu bukti bukti bahwa UKM cukup berperan besar pada perekonomian Negara Indonesia karena UKM sudah terbukti menjadi benteng kokoh saat perekonomian Negara diterpa krisis. Setidaknya ada dua kesimpulan sebagai penguat hipotesis tentang peranan sektor UKM, yakni pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, sebagaimana terjadi di Jepang, tak lepas dari kontribusi besar sektor usaha kecil menengah. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan. (DL Birch, 1979) AS benar-benar telah membuktikan hipotesis tersebut. Ketika sektor finansial ambruk diterpa krisis yang melanda negeri adidaya itu pada 2008, UKM tampil sebagai penyelamat.
Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat kebijakan yang tepat guna mendukung sektor UKM seperti teknologi, struktur, manajemen, pelatihan, dan pembiayaan.Salah satu contoh kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang sangat membantu UKM untuk menambah modal dalam mengembangkan usahanya.
Selain itu,salah satu elemen paling mendasar untuk membangun dunia UKM adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusianya. Apalagi jika pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk menambah matakuliah Wirausaha dalam Perguruan Tinggi yang tentu nya akan meningkat semangat wirausaha dan banyak melahirkan Pengusaha-pengusaha baru yang akan mendorong peningkatan perekonomian di Indonesia. Di tambah usaha pemerintah untuk terus meningkatkan Infrastruktur dan pemberantasan Korupsi. Dengan demikian bukan hanya saya tapi seluruh bangsa Indonesia pun yakin dan optimis negara Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia di masa yang akan datang.
Bisnis Indonesia UKM , Bukan Pasar Modal
Jakarta - Mantan Presiden RI B.J. Habibie menilai Indonesia harus mendorong pertumbuhan di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) demi mengurangi tingkat pengangguran. Sektor tersebut sudah terbukti bisa menyerap banyak tenaga kerja baru. "Sektor bisnis Indonesia tidak bisa dilihat dari pasar modal, tetapi dari sektor UKM," katanya dalam acara Peran & Pentingnya Ketahanan UKM Nasional Dalam Era Globalisasi di Gedung Smesco, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (2/6/2012).
Menurutnya, sektor UKM mampu menyediakan 99,46% lapangan pekerjaaan baru. Sementara sektor usaha yang lebih besar hanya 0,54% sehingga bisa terjadi kesenjangan dalam lapangan pekerjaan baru.
Meski secara nilai transaksi dalam ekonomi,
antara sektor UKM dan sektor usaha besar memberikan sumbangan yang hampir sama
besar. Namun, manfaat terhadap lapangan pekerjaan jauh lebih tinggi.
Ia mengatakan, sektor UKM menyumbang 43,42%
dari seluruh nilai transaksi perekonomian Indonesia setiap tahunnya, sedangkan
usaha besar 44,4%. Sisanya disumbang oleh sektor usaha menengah sebesar 4%.
Model ekonomi yang memperhatikan UKM, menurut
Habibie adalah ekonomi madani, bukan kapitalis, komunis maupun sosialis.
"Madani itu memperhatikan dan mempersiapkan
kepentingan bangsa dengan bermartabat menuju cita-cita waalupun dengan keterbatasan
yang ada," ungkapnya.
Menurutnya, model ekonomi seperti ini bisa
dibilang lebih baik daripada model lainnya. Ia memberi contoh model kapitalis yang
dianut oleh Amerika Serikat (AS) sekarang justru sedang menuju kehancuran.
Obligasi UKM Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi
TEMPO.CO, Jakarta -Obligasi yang dikeluarkan untuk pelaku Usaha Kecil menengah (UKM) dinilai bisa menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional. "Sebab, sektor UKM elastisitasnya rendah, dan relatif tahan terhadap krisis global," kata Executive Vice President Permodalan Nasional Madani (PNM), Bambang Siswaji, dalam diskusi bertajuk ''Prospek Obligasi Berbasis UKM'', di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu 19 September 2012.
Bambang
mengatakan faktor yang mendukung UKM tahan terhadap krisis adalah ketersediaan
bahan baku. "Misalnya bisnis makanan, bahan bakunya bisa diperoleh di
dalam negeri," Bambang mengatakan.
Ia
menambahkan dengan memberikan obligasi sebanyak mungkin bagi pelaku UKM, maka
sektor itu akan berkembang. "Kalau UKM maju, maka berpengaruh postif
terhadap pasar modal."
Sekretaris
Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Pardomuan Sihombing, mengatakan
seharusnya krisis global dijadikan peluang untuk mengembangkan UKM lewat
obligasi. Sebab di saat sektor lain lesu, UKM relatif tahan krisis.
Menurut
Pardomuan, penyebab UKM tahan krisis karena banyaknya jumlah pelaku usaha ini
di Indonesia. "Kalau ada satu yang collapse, masih banyak UKM
lainnya," ucapnya.
UKM, menurutnya sudah teruji dapat bertahan dari krisis tahun 1998 dan 2005. "Apalagi baru saja ada stimulus dari The Fed, itu bisa jadi peluang untuk saat ini."
UKM, menurutnya sudah teruji dapat bertahan dari krisis tahun 1998 dan 2005. "Apalagi baru saja ada stimulus dari The Fed, itu bisa jadi peluang untuk saat ini."
Ia
mencontohkan, mulai adanya tren di pasar global bagi pengembangan UKM.
"Bursa di Jerman sudah melakukan trobosan pendanaan yang sama."
Mengenai
pengembangannya, Pardomuan berpendapat, sebaiknya PNM sebagai lembaga penerbit
obligasi, harus berfokus pada wilayah domestik. "Return dari UKM harus
kita dahulu yang menikmati, jangan pihak asing. Ini bagus untuk pasar
modal."
PNM menerbitkan Obligasi I 2012 senilai Rp 500 miliar dengan bunga mulai 8,75 hingga 9,5 persen. Bambang mengatakan, penerbitan obligasi perdana PNM bertujuan sebagai edukasi bagi pelaku UKM. "Kami ingin yang simpel dulu dalam membantu pengusaha kecil," ia mengatakan.
PNM menerbitkan Obligasi I 2012 senilai Rp 500 miliar dengan bunga mulai 8,75 hingga 9,5 persen. Bambang mengatakan, penerbitan obligasi perdana PNM bertujuan sebagai edukasi bagi pelaku UKM. "Kami ingin yang simpel dulu dalam membantu pengusaha kecil," ia mengatakan.
Menurutnya,
selain membantu pembiayaan, lembaga pelat merah tersebut juga mendidik pelaku
UKM untuk mengetahui sistem keuangan yang dijalankan. "Paling tidak mereka
bisa membuat pembukuan," kata Bambang.
Sumber
berita :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar