PERANCANGAN KUESIONER
1.
Pengertian Kuesioner
Rancangan kuesioner adalah salah satu pondasi dasar
riset pasar. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh
periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses
komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Sebuah kuesioner memberikan suatu
kerangka dimana pewancara dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara
tidak akan teratur. Bagian pengolahan data menggunakan kuesioner yang telah
diisi untuk membuat analisis jawaban.
Jadi kuesioner tidak berdiri sendiri, kuesioner
merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data dalam wawancara. Pada saat
merancang kuesioner, periset harus mengingat konteks yang lebih luas dimana
kuesioner akan digunakan. Berapa banyak wawancara yang akan dilakukan? Siapa
saja yang akan diwawancarai? Bagaimana wawancara akan dilakukan? Pengetahuan
tentang hal-hal ini secara luas akan membantu periset merancang suatu kuesioner
yang dapat bekerja dengan baik.
2.
Jenis-jenis Kuesioner
a.
Kuesioner Terstruktur Yang Terbuka
Tingkat struktur
dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada suatu
kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana pertanyaan-pertanyaan
diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semua responden
ketika mengumpulkan data. Contoh :
Apakah anda merasa bahwa negara kita membutuhkan
lebih banyak atau lebih sedikit peraturan perundang-undangan mengenai
antipolusi?
o
Membutuhkan lebih banyak
o
Membutuhkan lebih sedikit
o
Tidak lebih maupun kurang
o
Tidak memberikan pendapat
Pertanyaan
diatas merupakan contoh yang baik tentang pertanyaan terstruktur yang terbuka,
karena :
(1) Tujuannya
jelas, pertanyaan diatas berusaha untuk menentukan sikap subjek terhadap
peraturan perundang-undangan antipolusi dengan cara yang langsung.
(2) Pertanyaan
diatas menggunakan format yang sangat terstruktur, para responden dibatasi
untuk memilih salah satu diantara empat jawaban.
b.
Kuesioner Tak Terstruktur Yang Terbuka
Kuesioner
tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon
atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka.
Contoh:
Bagaimana
pendapat anda mengenai polusi dan perlunya lebih banyak lagi peraturan
perundang-undangan antipolusi?
Pertanyaan
diatas mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya pewawancara mencoba untuk
membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap polusi. Hal
ini merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka, dan seringkali berakhir dengan
wawancara yang sangat tidak terstruktur.
c.
Kuesioner Tidak Terstruktur Yang
Tersamar
Kuesioner
tidak terstruktur yang tersamar berlandaskan pada riset motivasi. Para periset
telah mencoba untuk mengatasi keengganan responden untuk membahas perasaan
mereka dengan cara mengembang-kan teknik-teknik yang terlepas dari masalah
kepedulian dan keinginan untuk membuka diri. Teknik tersebut dikenal dengan
metode proyektif. Kekuatan utama dari metode proyektif adalah untuk menutupi
tujuan utama riset dengan menggunakan stimulus yang disamarkan.
Metode proyektif merupakan cara yang digunakan untuk
menggambar-kan kuesioner yang mengandung stimulus yang memaksa para subjek
untuk menggunakan emosi, kebutuhan, motivasi, sikap, dan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri dalam memberikan suatu jawaban atau respon. Stimulus yang
paling sering digunakan adalah asosiasi kata, kelengkapan kalimat, dan
bercerita atau penuturan cerita.
d.
Kuesioner Terstruktur Yang Tersamar
Kuesioner
terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarang digunakan dalam
riset pemasaran. Kuesioner ini dikembangkan sebagai cara untuk menggabungkan
keunggulan dari penyamaran dalam mengungkapkan motif dan sikap dibawah sadar
dengan keunggulan struktur pengkodean serta tabulasi jawaban.
Contoh:
Salah satu teori menyatakan bahwa pengetahuan,
persepsi, dan ingatan individu akan suatu subjek disesuaikan oleh sikapnya
terhadap subjek tersebut. Jadi untuk mendapatkan informasi mengenai sikap
seseorang apabila pertanyaan langsung akan menghasilkan jawaban yang bias.
Teori ini menyarankan agar kita hanya menanyakan hal-hal yang mereka ketahui,
bukan apa pendapat mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang lebih
banyak mungkin mencerminkan kekuatan dan arah dari suatu sikap.
3.
TUJUAN PEMBUATAN KUESIONER
a. Untuk memperoleh informasi akurat dari
responden.
Periset berusaha memperoleh gambaran paling dekat tentang keadaan pasar.
Informasi yang akurat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang tepat kepada
orang yang tepat pula .
b. Kuesioner memberikan struktur pada wawancara
sehingga wawancara dapat berjalan lancar dan urut.
Hal yang penting dalam suatu survei adalah
bahwa semua responden diberi pertanyaan yang sama. Tanpa struktur ini akan ada
kekacauan dan tidak mungkin membangun gambaran keseluruhan. Kuesioner berfungsi
sebagai alat pengingat pewancara agar tidak keluar jalur. Bagi responden,
kuesioner memberikan urutan pertanyaan yang logis, mengarahkan ke suatu pokok
berikutnya.
c. Memberikan format
standar pencatatan fakta, komentar dan sikap.
Catatan wawancara sangat diperlukan, kalau
tidak ada catatan pokok persoalan dapat terlupakan.
d. Kuesioner memudahkan pengolahan data
semua jawaban disimpan di suatu tempat sehingga pengolahan data dapat diolah
dengan mudah. Tanpa kuesioner, suatu survei untuk 500 orang akan menghasilkan
500 catatan atau hasil wawancara yang sulit diproses.
e. Memperoleh informasi dengan tingkat
keandalan (reliability) dan keabsahan
atau validitas (validity) setinggi
mungkin.
Reability adalah tingkat kemantapan atau konsistensi
suatu alat ukur. Alat ukur yang mantap dengan sendirinya:
a.
Dapat diandalkan (dependability).
b.
Hasil pengukuran bisa diramalkan (predictability).
c.
Dapat menunjukkan tingkat ketepatan.
Validitas atau keabsahan adalah menyangkut pemahaman
mengenai kesesuaian antara konsep dengan kenyataan empiris. Reabilitas
memberikan kesesuaian antara hasil-hasil pengukuran atau konsistensi
pengukuran, sedangkan validitas merupakan kesesuain konsep pengukuran tersebut
dengan fakta di lapangan.
Suatu alat ukur (pengukuran) yang validitasnya atau
tingkat keabsahannya tinggi secara otomatis biasanya dapat diandalkan
(reliable). Namun sebaliknya, suatu pengukuran yang andal, belum tentu memiliki
keabsahan yang tinggi.
4.
PRINSIP DASAR PERANCANGAN KUESIONER
Kuesioner yang berhasil akan
membuat responden memberikan jawaban akurat secara mudah dalam wawancara.
Seringkali kuesioner gagal karena perancang tidak melihat pertanyaan dari sudut
pandang responden. Kuesioner yang buruk terjadi karena perancang hanya hanya
memikirkan apa yang harus dicapai dari survai, tanpa memberikan perhatian pada
responden. Ini mengakibatkan pertanyaan terlalu panjang sehingga tidak dapat
dipahami (paling tidak bagi responden) dan terlalu kompleks.
Delapan pedoman dalam menyusun
kuesioner adalah :
a.
Pikirkan sasaran
survei
b.
Pikirkan
bagaimana wawancara akan dilangsungkan
c.
Pikirkan
pengetahuan dan kepentingan responden
d.
Pikirkan kata
pengantar
e.
Pikirkan urutan
pertanyaan
f.
Pikirkan tipe
pertanyaan
g.
Pikirkan jawaban
yang mungkin saat memikirkan pertanyaan
h.
Pikirkan bagaimana data akan diolah
5.
MERANCANG KUESIONER
a) Tetapkan Informasi Yang Ingin Diketahui
Ø Pastikan
bahwa anda mempunyai pemahaman yang baik tentang suatu isu dan apa yang ingin
anda ketahui (kecuali untuk belajar). Susunlah pertanyaan riset anda sedemikian
rupa, tetapi jangan mengulang pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada dalam
kuesioner pada waktu ini.
Ø Buatlah
daftar pertanyaan riset anda. Review pertanyaan itu secara periodik ketika anda
sedang menyusun kuesioner.
Ø Gunakan
tabel contoh atau dummy ketika melakukan analisis data guna menentukan
pertanyaan yang akan dicantumkan dalam kuesioner.
Ø Langkah
pencarian atas pertanyaan mengenai isu-isu yang ada.
Ø Revisilah
pertanyaan tentang isu-isu yang ada, dan susunlah pertanyaan baru mengenai isu
yang akan anda bahas dalam riset.
b) Tentukan Jenis Kuesioner dan Metode
Administrasinya
Ø Gunakan
jenis data yang dikumpulkan sebagai dasar untuk memutuskan jenis kuesioner.
Ø Gunakan
tingkat struktur dan samaran serta faktor biaya untuk menentukan metode
administrasinya.
Ø Bandingkan
kemampuan dan keterbatasan utama dari setiap metode administrasinya, serta
nilailah data yang dikumpulkan oleh masing-masing metode untuk keperluan
survei.
c) Tentukan Isi dari Masing-masing
Pertanyaan
Ø Untuk
setiap pertanyaan riset yang diajukan kepada anda sendiri, “Mengapa saya ingin
mengetahui hal ini ?” jawabannya harus dapat membantu riset anda. “Hal itu
penting untuk diketahui” adalah bukan suatu jawaban yang dapat diterima.
Ø Pastikan
bahwa setiap pertanyaan adalah penting dan hanya berkaitan dengan isu-isu yang
penting.
Ø Tanyakan
pada diri anda sendiri apakah pertanyaannya berlaku untuk semua responden: ya :
atau suatu ketentuan harus dibuat untuk mengabaikannya.
Ø Pecahlah
satu pertanyaan yang dapat dijawab dari kerangka referensi yang berbeda menjadi
pertanyaan-pertanyaan terpisah, yang mencerminkan kerangka acuan atau referensi
yang mungkin digunakan.
Ø Tanyakan
pada diri anda sendiri apakah responden mempunyai informasi tentang, dan dapat
mengingat, isu-isu yang disampaikan dalam pertanyaan.
Ø Tentukan
periode waktu pertanyaan berkaitan dengan signifikansi topik. Gunakan
teknik-teknik aided-recall seperti
buku harian atau catatan tertulis.
Ø Hindari
pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan upaya ekstra, yang mempunyai jawaban
yang sulit untuk diutarakan dengan baik, dan yang berhubungan dengan isu-isu
yang mengancam atau memalukan.
Ø Jika
pertanyaan-pertanyaan yang mengancam memang diperlukan:
-
Sembunyikan pertanyaan itu dalam
kelompok pertanyaan lain yang lebih aman.
-
Gunakan pernyataan yang menetralisir.
-
Susunlah pertanyaan itu dengan
mencontohkan orang lain dan bagaimana mereka mungkin merasa atau bertindak.
-
Tanyakan para responden apakah mereka
pernah ditugaskan dalam aktivitas yang tidak menyenangkan, dan kemudian
bertanya apakah mereka saat ini sedang melakukan aktivitas semacam itu.
-
Gunakan sejumlah kategori atau rentang
selain nomor khusus.
-
Gunakan model respons acak.
d) Tentukan Bentuk Respons atas Setiap
Pertanyaan
Ø Tentukan
mana jenis pertanyaan open-ended, dichotomous, atau pilihan ganda yang
menyediakan data yang sesuai dengan informasi yang diperlukan proyek.
Ø Gunakan
pertanyaan terstruktur bila memungkinkan.
Ø Gunakan
pertanyaan terbuka atau open-ended yang hanya memerlukan jawaban singkat untuk
mengawali suatu kuesioner.
Ø Cobalah
untuk mengubah pertanyaan open-ended atau terbuka menjadi pertanyaan dengan
respons tetap guna mengurangi beban kerja responden dan upaya pengkodean pada
studi deskriptif serta kausal.
Ø Jika
pertanyaan terbuka dinilai penting, maka buatlah pertanyaan-pertanyaan langsung
secukupnya untuk memberikan para responden kerangka acuan atau referensi ketika
menjawab.
Ø Apabila
menggunakan pertanyaan dichotomous, nyatakan sisi negatif atau alternatif
secara rinci.
Ø Menyediakan
jawaban “tidak tahu“, “tiada pendapat“ dan “keduanya“.
Ø Menyadari
bahwa mungkin ada responden yang bersikap netral.
Ø Sensitif
terhadap “ kehalusan“ dan “kekasaran“ alternatif.
Ø Apabila
menggunakan pertanyaan pilihan berganda, pastikan pilihannya lengkap serta
bersifat mutually exclusive, dan jika kombinasi keduanya memungkinkan , maka
masukkan.
Ø Pastikan
kisaran alternatifnya jelas dan semua jawaban alternatifnya yang masuk akal
telah dimasukkan.
Ø Jika
respons yang mungkin sangat banyak, maka pertimbangkan dengan menggunakan lebih
dari satu pertanyaan untuk mengurangi informasi yang berlebihan.
Ø Apabila
menggunakan pertanyaan dichotomous atau pilihan berganda, maka gunakan prosedur
split-ballot untuk mengurangi bias urutan.
Ø Tunjukkan
apakah item-item telah diberi peringkat atau hanya satu item yang ada pada
daftar yang akan dipilih.
e) Tentukan Kata-Kata yang Digunakan untuk
Setiap Pertanyaan
Ø Gunakan
kata-kata yang sederhana.
Ø Hindari
kata-kata dan pertanyaan yang bermakna ganda.
Ø Hindari
pertanyaan yang mengandung jawabannya atau menuntun.
Ø Hindari
alternatif implisit.
Ø Hindari
asumsi-asumsi implisit.
Ø Hindari
generalisasi dan estimasi.
Ø Gunakan
kalimat-kalimat yang sederhana dan hindari kalimat-kalimat yang sama.
Ø Ubahlah
kalimat dengan kata-kata yang panjang dan tanggung atau frasa-frasa yang
pendek.
Ø Hindari
pertanyaan double-barreled.
Ø Buatlah
setiap pertanyaan sespesifik mungkin.
f)
Tentukan Urutan Pertanyaan
Ø Gunakan
pertanyaan yang sederhana dan menarik sebagai pembuka.
Ø Gunakan
pendekatan corong, dengan pertama kali mengajukan pertanyaan yang bersifat
umum, baru kemudian yang bersifat khusus.
Ø Ajukan
pertanyaan yang sulit atau sensitif pada bagian akhir kuesioner, ketika
hubungan yang baik telah terjalin.
Ø Ikuti
urutan kronologis ketika mengumpulkan informasi historis.
Ø Jawablah
pertanyaan mengenai suatu topik sebelum melangkah ke pertanyaan selanjutnya.
Ø Susunlah
suatu bagan arus apabila pertanyaan bercabang digunakan.
Ø Ajukan
pertanyaan saringan sebelum mengajukan pertanyaan yang terinci.
Ø Ajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang demografi terakhir sehingga jika responden
menolak menjawabnya, data yang lain masih dapat digunakan.
g)
Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner
Ø Buatlah
kuesioner dengan profesional dan secara relatif mudah dijawab.
Ø Gunakan
kertas dan cetakan yang berkualitas, jangan menggunakan kuesioner yang
difotokopi.
Ø Upayakan
untuk membuat kuesioner sesingkat mungkin dan hindari kuesioner yang terlalu
padat.
Ø Gunakan
format buku kecil untuk memudahkan analisis dan mencegah halaman-halaman yang
hilang.
Ø Cantumkan
nama organisasi yang melakukan survei pada halaman pertama.
Ø Berilah
nomor pertanyaan untuk memudahkan pemrosesan data.
Ø Jika
responden harus melewati lebih dari satu pertanyaan, gunakan “go to“.
Ø Jika
responden harus melewati seluruh bagian, maka gunakan kode warna pada
bagian-bagian tertentu.
Ø Nyatakan
bagaimana respons akan dilaporkan, seperti memberi tanda check mark, nomor,
lingkaran, dan lain sebagainya.
h)
Uji Kembali Langkah 1 Sampai 7 dan
Lakukan Perubahan Jika Perlu
Ø Periksa
beberapa kata dari setiap pertanyaan untuk memastikan bahwa pertanyaan itu
tidak membingungkan, bermakna ganda, bersifat menyerang , atau mengandung
jawabannya (menuntun).
Ø Mintalah
evaluasi dari teman sebaya anda mengenai draft kuesioner.
i)
Lakukan Uji Awal atas Kuesioner dan
Lakukan Perubahan Jika Perlu
Ø Lakukan
uji awal atas kuesioner pertama melalui wawancara pribadi diantara para
responden seperti yang digunakan dalam studi aktual.
Ø Mintalah
komentar dari para pewawancara dan responden untuk menemukan setiap masalah
dalam kuesioner, dan revisi kuesioner tersebut jika perlu. Apabila revisinya
adalah substansi, ulangi langkah 1 dan 2 dari 9 langkah.
Ø Lakukan
uji awal atas kuesioner melalui pos atau telepon untuk mengungkapkan
masalah-masalah unik pada mode administrasinya.
Ø Berilah
kode dan buatlah tabulasi atas respons uji awal dalam tabel contoh atau dummy untuk menentukan apakah
pertanyaan-pertanyaan menyediakan informasi yang memadai.
Ø Eliminasi
pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyediakan informasi yang memadai , dan
revisilah pertanyaan yang menimbulkan masalah.
Daftar Pustaka :
Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset
Pemasaran , Edisi 4, Jilid 1, Alih Bahasa Oleh Andriani, Dkk.
Jakarta : Penerbit Eirlangga.
Rangkuti, Freddy. 2005. Riset Pemasaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sunarta. 2007. Diktat
Mata Kuliah Riset Pemasaran. Dalam :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/sunarta-se-mm/MODUL%20RISET%20PEMASARAN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar