Sebenarnya apa yang aku inginkan ? Apa yang
bisa aku capai ? Apa yang bisa aku lakukan ? Dan yang terutama adalah apa
tujuan hidupku ?
Berpikir lebih jauh tentang satu hal ,
tentang hidup, namun satu hal itu memeiliki akar yang kompleks sebelum ia mampu
tumbuh menjadi pohon yang kuat nan indah, dan selanjutnya rindang menjadi
tempat sandaran dari terik serta salah satu jantung pertahanan bumi. Kira-kira
seperti itulah hidup. Subyektif dari segala pandangan namun sangat kompleks
untuk dijabarkan meski hanya perumpamaan.
Sebelum muncul di atas permukaan tanah ia
haruslah sebuah bibit yang unggul demikian akan melahirkan akar yang kuat yang
mampu menerobos gelapnya permukaan tanah. Saat itu proses dimana bisa dikatakan
aku dilahirkan, aku dibesarkan, aku di didik dan di arahkan.
Pada saat itu hanya proses tumbuh menuju masa
anak-anak. Belum mengenal dunia luar, masih dalam perlindungan orang tua dan
cinta kasihnya. Aku masih dirawat dengan sebaik mungkin bagaikan tanaman
sebelum menjadi pohon yang besar harus disiram dengan teraturnya, nasihat
datang silih berganti dari ayah dan ibuku untuk memberikan wejangan dan
pengetahuan sebatas mana yang wajar untuk dilakukan anak-anak. Aku masih dijaga
dengan lingkungan yang harmonis, asupan gizi yang ku terima baik fisik maupun
rohani selalu menjadi santapan yang tidak terlewatkan agar kelak saat aku
memandang dunia luar aku tidak bodoh akan pengetahuan, belum mereka belum
menguatkanku saat itu. Belum saatnya aku menghadapi proses itu sebelum aku
menampakkan diri dihadapan dunia luar.
Ketika bibit itu mulai memunculkan dirinya
dan menampakkan dedaunan.
Aku mengahadapi serangkaian proses perubahan
lingkungan , perubahan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat yang lebih
luas. Aku mengenal teman, guru pembimbing, dosen, ketertarikan terhadap lawan
jenis, penyesuaian diri akan peraturan lisan dan tulisan dari berbagai lembaga
pendidikan tempatku bernaung.
Saat itu ayah dan ibu mulai membimbing dan
mengarahkan serta memberikan aku pilihan untuk berkata dan bersikap, mereka
tidak ingin aku menyalahi aturan, membelokkan diri kearah kerusakkan. Kalau
digambarkan pohon mereka memberikan penyangga dan kayu pelindung agar suatu
saat batang yang mulai terbentuk bisa tegak lurus menghadap arah sang surya.
Aku diajarkan berbagai bekal pengetahuan baik di lembaga pendidikan maupun non
pendidikan. Aku di ajarkan tentang pengetahuan, penyesuaian diri, penyesuaian
emosi, penyesuaian sikap, bahasa, dan latihan dalam pemikiran serta
pengembangan kemampuan.
Semua fasilitas yang memadai aku dapatkan dari
orang tuaku, cukup aku rasa mereka selalu memberikan apa yang aku butuhkan dan
menunda apa yang aku inginkan, mereka menanamkan secara tidak aku sadari untuk
selalu menjadi pribadi yang bersyukur maka akan berkecukupan untukku, tetap
bersyukur meski dalam sesulit apapun. Jangan bangga ketika aku dalam keadaan
lebih, kelak aku tidak tahu kapan akan berbalik aku menjadi kekurangan.
Sejenak saat awal aku berpikir, ya aku hidup
untuk belajar, itu tujuan aku hidup, untuk belajar tentang pengetahuan dunia
dan bekalku di akhirat sebagai sambungan amal yang tak terputus jika aku mampu
membagi pengetahuanku dengan baik.
Tiba saatnya ketika batang untuk terus menjulang
dan tumbuh kuat tanpa penyanggah seketika itupun akan menampakkan lingkaran
usia dan saatnya untuk memperlihatkan ranting, daun yang lebat serta menghasilkan
buah . Bagaimana prosesnya ?
Ya, saat inilah aku bisa dikatakan mereka
hanya memperhatikanku dari jauh. Aku dibiarkan berekspresi dan di berikan
kepercayaan mengelola hidupku sendiri. Mereka membiarkanku menghadapi masalah yang
datang menimpaku untuk menjadikan aku gadis yang kuat. Aku diberikan hak untuk
memilih jalan hidupku, aku memiliki kewajiban pada diriku sendiri untuk menjadi
wanita yang bertanggung jawab, yang berkomitmen dan berprinsip.
Seketika aku menghadapi masa remaja, bisa
dibilang 20% mereka hanya memberikanku nasehat, terkadang tak ayal aku
memberontak, mereka mengalah dengan diam. Berpikirlah apa yang mampu aku
lakukan, seketika itu aku pun ikut terdiam, lantas apa benar mereka tidak mau
melindungiku lagi? Mungkin kegalauan masa awal remaja, baru satu hal masalah
yang menimpa aku sudah mengeluh. Tapi saat aku tahu maksud diam mereka memiliki
arti aku mampu menasehati diriku sendiri dan aku mampu mengarahkan jalan keluar
untuk masalahku tanpa harus membebani orang lain.
Setelah itu ya masalah yang biasa dihadapi
“rasa ketertarikan” terhadap lawan jenis. Tidak bisa dipungkiri, bersosialisasi
di lingkungan luas membuat chemistry yang entah dari mana asalnya terhadap
makhluk Tuhan bergender pria itu timbul. Ah, tapi pria itu dalam arti yang
lebih khusus untuk yang pikiran dan perilakunya dewasa serta dapat bertanggung
jawab, ya aku mengenalnya baru sebatas dengan sebutan cowok. Masih ajangnya aku
memahami, aku ingin tahu dan mungkin bukan dalam tahapan yang serius. Masih
panjang langkahku, belum pandai aku menjadi baik bagi diriku sendiri, aku takut
kelak nanti malah mengecewakan karena kekuranganku, sifatku pun belum pulih
dari ketidakstabilan emosi yang kadang bergejolak tidak pada kondisinya. Jalani
saja sampai pada siapa aku terhenti pada sebuah nama. Jika berbicara pada saat
ini aku berdoa semoga “dia” yang terakhir untukku :)
Ya Allah, beratnya saat aku memasuki tahap
awal pendewasaan, tapi ini harus aku jalani. Memang bukan tuntutan logis dewasa
itu, tapi kewajibanku yang harus aku jalani saat usiaku memasuki peralihan pada
tahap akhir remaja.
Sedikit hal tentang dewasa menurutku yaitu kestabilan
sikap, gaya bicara dan tutur bahasa yang anggun, pemikiran yang rasional, pengambilan
keputusan akan tindakan yang tepat, cara pandang terhadap sebuah prinsip dan penempatan
diri yang baik di masyarakat. Itu bukan kalimat yang sulit untuk ditulis bahkan
dijabarkan, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan, praktek tidak
semudah teorinya, dewasa itu proses.
Proses yang aku jalani dari semasa aku kecil hingga
detik ini aku berusia 19 tahun adalah perjalanan yang tidak mudah, namun waktu
terlalu membawa jauh diriku hingga aku mendapatkan pelajaran dan pengalaman
yang tak ternilai materi. Inilah diriku, dari hasil apa yang aku lakukan pada
masa pembelajaran tiada akhir sampai saat ini, inilah yang aku tuai sekarang,
mungkin setiap perjalanan yang aku lalui tak ayal ada kata menyesal, namun aku
selalu ingat rencana Allah lebih baik dari segala rincian prospek yang kita
tulis di kertas.
Bagaikan sebuah pohon mungkin aku sudah mampu
tegak berdiri namun aku belum kuat untuk mengahadapi pergantian musim. Aku
mampu terlihat tegar, tapi tekadang akupun mudah digoyangkan saat cuaca buruk.
Bahkan aku belum bisa meneduhkan disaat terik. Akupun belum bisa menghasilkan
cukup ilmu untuk memberikan hasil buah yang lezat. Aku memang belum bisa dan
mampu saat ini.
Jika suatu saat aku kembali dihadapkan pada
diri sendiri diusia yang mungkin sudah tidak belia lagi, disaat aku harus
berperang dengan logika ku sendiri, apa yang aku dapat dari masa pembelajaran
itu? Adakah untukku jawabnya?
Ya, ada jawabnya : PROSES . Proses yang tidak
mungkin akan berakhir untuk menjadikan diri sebagai penempatan pribadi yang
jauh lebih baik dan kuat.
Lantas jika aku bertanya lebih lanjut
sebenarnya apa yang aku inginkan? Mampukah aku menjawabnya?
Ya, aku mampu menjawabnya : pertanyaan bodoh
apa yang aku lontarkan dalam pikiranku, apa yang aku inginkan? Apa yang aku
inginkan sudah aku dapatkan, tanpa disadari aku hanya ingin tetap terus hidup
dan melanjutkan proses untuk melihat hasilnya dikemudian hari.
Apa yang bisa aku capai dari keinginan itu?
Hanya ada 2 jawabannya yang pertama aku ingin
orang tuaku bangga akan diriku sebagai anaknya dan yang kedua aku ingin menjadi
wanita yang terbaik untuk kehidupan baruku nanti.
Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk meraihnya?
Gadis bodoh! selama ini yang aku jalankan
benar-benar nampaknya abstrak bagi diriku sendiri. Aku memang tidak bisa
melihat masa depan, seperti terhalang kabut, terus menerawang tanpa fokus lensa
mataku akan sakit, jika terus melangkah namun tak memperhatikan jejak
kemungkinan besar aku bisa terjatuh dan tergelincir. Itulah gunanya masa
pembelajaran yang setiap hari aku lakukan, untuk melihat masa depan aku hanya
perlu melakukan perjalanan yang direncanakan dengan memperkirakan langkah dan
arah. Apa yang aku lakukan kemarin menentukan aku hari ini dan apa yang aku
lakukan hari ni menentukan aku esok.
Dan yang terutama asal dari cabang pikiranku
yang menduduki posisi puncak adalah apa tujuan hidupku ?
Awalnya aku berpikir bahwa tujuan hidupku hanya
belajar tentang pengetahuan eksakta, bangun pagi, berangkat sekolah/kuliah,
belajar, pulang, libur dan LULUS. Sempitnya belajar disekolah hanya untuk LULUS
UN, namun masuk dunia perkuliahan sepertinya belajar untuk LULUS SIDANG.
Bukan, itu bukan tujuan utama hidupku. Itu
masuk dalam perjalanan hidupku. Semakin aku berpikir untuk mendapatkan
jawabannya, semakin sulit, ini bahkan lebih rumit dari kalkulus matematika yang
aku pelajari. Aku masih terus berpikir namun semakin aku berpikir aku terlihat
bodoh, yang aku pikirkan hanyalah tujuan hidupku. Lantas segala hal yang
bertentangan dengan pencarian jawaban tujuan hidupku aku abaikan. Benar jika
terus dipikirkan aku memang bodoh ditambah mengabaikan banyak hal, tujuan
hidupku sudah aku jalankan setiap harinya, namun masih menelaah jawabannya.
Tujuanku hanyalah BELAJAR dan LULUS
Aku belajar disetiap harinya menjadi pribadi
yang selalu ingin senantiasa meregenerasi keburukannya, aku belajar setiap
harinya tentang pengetahuan dunia, aku belajar setiap harinya untuk bersyukur,
aku belajar setiap harinya untuk bahagia, aku belajar setiap harinya untuk
menjadi wanita, aku belajar setiap harinya untuk tegak berdiri diatas kaki
sendiri. Dan hasilnya bukan hitam di atas putih dengan hasil tercetak tebal LULUS, tidak bukan itu, tapi aku LULUS
menjalani seleksi ujian di dunia ini dengan kelak menjadikanku pribadi yang
berguna bagi keluarga, agama dan Negara. Itu doa yang orang tuaku panjatkan
ketika awal mendengar tangisku memecah gelisahnya kekhawatiran mereka.
Mungkin belum sekarang, tapi aku yakin di
saat ketika masa depan menyambutku, aku akan membuat ayah dan ibu bangga
terhadapku. Suatu saat nanti.
Amin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar