.::Nurii Blog::.

nurita blog :) happy reading :) enjoy~~

Senin, 11 Februari 2013

Aku dan Dialog Diri :)


Sebenarnya apa yang aku inginkan ? Apa yang bisa aku capai ? Apa yang bisa aku lakukan ? Dan yang terutama adalah apa tujuan hidupku ?

Berpikir lebih jauh tentang satu hal , tentang hidup, namun satu hal itu memeiliki akar yang kompleks sebelum ia mampu tumbuh menjadi pohon yang kuat nan indah, dan selanjutnya rindang menjadi tempat sandaran dari terik serta salah satu jantung pertahanan bumi. Kira-kira seperti itulah hidup. Subyektif dari segala pandangan namun sangat kompleks untuk dijabarkan meski hanya perumpamaan.

Sebelum muncul di atas permukaan tanah ia haruslah sebuah bibit yang unggul demikian akan melahirkan akar yang kuat yang mampu menerobos gelapnya permukaan tanah. Saat itu proses dimana bisa dikatakan aku dilahirkan, aku dibesarkan, aku di didik dan di arahkan.

Pada saat itu hanya proses tumbuh menuju masa anak-anak. Belum mengenal dunia luar, masih dalam perlindungan orang tua dan cinta kasihnya. Aku masih dirawat dengan sebaik mungkin bagaikan tanaman sebelum menjadi pohon yang besar harus disiram dengan teraturnya, nasihat datang silih berganti dari ayah dan ibuku untuk memberikan wejangan dan pengetahuan sebatas mana yang wajar untuk dilakukan anak-anak. Aku masih dijaga dengan lingkungan yang harmonis, asupan gizi yang ku terima baik fisik maupun rohani selalu menjadi santapan yang tidak terlewatkan agar kelak saat aku memandang dunia luar aku tidak bodoh akan pengetahuan, belum mereka belum menguatkanku saat itu. Belum saatnya aku menghadapi proses itu sebelum aku menampakkan diri dihadapan dunia luar.

Ketika bibit itu mulai memunculkan dirinya dan menampakkan dedaunan.

Aku mengahadapi serangkaian proses perubahan lingkungan , perubahan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat yang lebih luas. Aku mengenal teman, guru pembimbing, dosen, ketertarikan terhadap lawan jenis, penyesuaian diri akan peraturan lisan dan tulisan dari berbagai lembaga pendidikan tempatku bernaung.

Saat itu ayah dan ibu mulai membimbing dan mengarahkan serta memberikan aku pilihan untuk berkata dan bersikap, mereka tidak ingin aku menyalahi aturan, membelokkan diri kearah kerusakkan. Kalau digambarkan pohon mereka memberikan penyangga dan kayu pelindung agar suatu saat batang yang mulai terbentuk bisa tegak lurus menghadap arah sang surya. Aku diajarkan berbagai bekal pengetahuan baik di lembaga pendidikan maupun non pendidikan. Aku di ajarkan tentang pengetahuan, penyesuaian diri, penyesuaian emosi, penyesuaian sikap, bahasa, dan latihan dalam pemikiran serta pengembangan kemampuan.

Semua fasilitas yang memadai aku dapatkan dari orang tuaku, cukup aku rasa mereka selalu memberikan apa yang aku butuhkan dan menunda apa yang aku inginkan, mereka menanamkan secara tidak aku sadari untuk selalu menjadi pribadi yang bersyukur maka akan berkecukupan untukku, tetap bersyukur meski dalam sesulit apapun. Jangan bangga ketika aku dalam keadaan lebih, kelak aku tidak tahu kapan akan berbalik aku menjadi kekurangan.

Sejenak saat awal aku berpikir, ya aku hidup untuk belajar, itu tujuan aku hidup, untuk belajar tentang pengetahuan dunia dan bekalku di akhirat sebagai sambungan amal yang tak terputus jika aku mampu membagi pengetahuanku dengan baik.

Tiba saatnya ketika batang untuk terus menjulang dan tumbuh kuat tanpa penyanggah seketika itupun akan menampakkan lingkaran usia dan saatnya untuk memperlihatkan ranting, daun yang lebat serta menghasilkan buah . Bagaimana prosesnya ?

Ya, saat inilah aku bisa dikatakan mereka hanya memperhatikanku dari jauh. Aku dibiarkan berekspresi dan di berikan kepercayaan mengelola hidupku sendiri. Mereka membiarkanku menghadapi masalah yang datang menimpaku untuk menjadikan aku gadis yang kuat. Aku diberikan hak untuk memilih jalan hidupku, aku memiliki kewajiban pada diriku sendiri untuk menjadi wanita yang bertanggung jawab, yang berkomitmen dan berprinsip.

Seketika aku menghadapi masa remaja, bisa dibilang 20% mereka hanya memberikanku nasehat, terkadang tak ayal aku memberontak, mereka mengalah dengan diam. Berpikirlah apa yang mampu aku lakukan, seketika itu aku pun ikut terdiam, lantas apa benar mereka tidak mau melindungiku lagi? Mungkin kegalauan masa awal remaja, baru satu hal masalah yang menimpa aku sudah mengeluh. Tapi saat aku tahu maksud diam mereka memiliki arti aku mampu menasehati diriku sendiri dan aku mampu mengarahkan jalan keluar untuk masalahku tanpa harus membebani orang lain.

Setelah itu ya masalah yang biasa dihadapi “rasa ketertarikan” terhadap lawan jenis. Tidak bisa dipungkiri, bersosialisasi di lingkungan luas membuat chemistry yang entah dari mana asalnya terhadap makhluk Tuhan bergender pria itu timbul. Ah, tapi pria itu dalam arti yang lebih khusus untuk yang pikiran dan perilakunya dewasa serta dapat bertanggung jawab, ya aku mengenalnya baru sebatas dengan sebutan cowok. Masih ajangnya aku memahami, aku ingin tahu dan mungkin bukan dalam tahapan yang serius. Masih panjang langkahku, belum pandai aku menjadi baik bagi diriku sendiri, aku takut kelak nanti malah mengecewakan karena kekuranganku, sifatku pun belum pulih dari ketidakstabilan emosi yang kadang bergejolak tidak pada kondisinya. Jalani saja sampai pada siapa aku terhenti pada sebuah nama. Jika berbicara pada saat ini aku berdoa semoga “dia” yang terakhir untukku :)

Ya Allah, beratnya saat aku memasuki tahap awal pendewasaan, tapi ini harus aku jalani. Memang bukan tuntutan logis dewasa itu, tapi kewajibanku yang harus aku jalani saat usiaku memasuki peralihan pada tahap akhir remaja.

Sedikit hal tentang dewasa menurutku yaitu kestabilan sikap, gaya bicara dan tutur bahasa yang anggun, pemikiran yang rasional, pengambilan keputusan akan tindakan yang tepat, cara pandang terhadap sebuah prinsip dan penempatan diri yang baik di masyarakat. Itu bukan kalimat yang sulit untuk ditulis bahkan dijabarkan, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan, praktek tidak semudah teorinya, dewasa itu proses.

Proses yang aku jalani dari semasa aku kecil hingga detik ini aku berusia 19 tahun adalah perjalanan yang tidak mudah, namun waktu terlalu membawa jauh diriku hingga aku mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang tak ternilai materi. Inilah diriku, dari hasil apa yang aku lakukan pada masa pembelajaran tiada akhir sampai saat ini, inilah yang aku tuai sekarang, mungkin setiap perjalanan yang aku lalui tak ayal ada kata menyesal, namun aku selalu ingat rencana Allah lebih baik dari segala rincian prospek yang kita tulis di kertas.

Bagaikan sebuah pohon mungkin aku sudah mampu tegak berdiri namun aku belum kuat untuk mengahadapi pergantian musim. Aku mampu terlihat tegar, tapi tekadang akupun mudah digoyangkan saat cuaca buruk. Bahkan aku belum bisa meneduhkan disaat terik. Akupun belum bisa menghasilkan cukup ilmu untuk memberikan hasil buah yang lezat. Aku memang belum bisa dan mampu saat ini.

Jika suatu saat aku kembali dihadapkan pada diri sendiri diusia yang mungkin sudah tidak belia lagi, disaat aku harus berperang dengan logika ku sendiri, apa yang aku dapat dari masa pembelajaran itu? Adakah untukku jawabnya?

Ya, ada jawabnya : PROSES . Proses yang tidak mungkin akan berakhir untuk menjadikan diri sebagai penempatan pribadi yang jauh lebih baik dan kuat.

Lantas jika aku bertanya lebih lanjut sebenarnya apa yang aku inginkan? Mampukah aku menjawabnya?

Ya, aku mampu menjawabnya : pertanyaan bodoh apa yang aku lontarkan dalam pikiranku, apa yang aku inginkan? Apa yang aku inginkan sudah aku dapatkan, tanpa disadari aku hanya ingin tetap terus hidup dan melanjutkan proses untuk melihat hasilnya dikemudian hari.

Apa yang bisa aku capai dari keinginan itu?

Hanya ada 2 jawabannya yang pertama aku ingin orang tuaku bangga akan diriku sebagai anaknya dan yang kedua aku ingin menjadi wanita yang terbaik untuk kehidupan baruku nanti.

Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk meraihnya?

Gadis bodoh! selama ini yang aku jalankan benar-benar nampaknya abstrak bagi diriku sendiri. Aku memang tidak bisa melihat masa depan, seperti terhalang kabut, terus menerawang tanpa fokus lensa mataku akan sakit, jika terus melangkah namun tak memperhatikan jejak kemungkinan besar aku bisa terjatuh dan tergelincir. Itulah gunanya masa pembelajaran yang setiap hari aku lakukan, untuk melihat masa depan aku hanya perlu melakukan perjalanan yang direncanakan dengan memperkirakan langkah dan arah. Apa yang aku lakukan kemarin menentukan aku hari ini dan apa yang aku lakukan hari ni menentukan aku esok.

Dan yang terutama asal dari cabang pikiranku yang menduduki posisi puncak adalah apa tujuan hidupku ?

Awalnya aku berpikir bahwa tujuan hidupku hanya belajar tentang pengetahuan eksakta, bangun pagi, berangkat sekolah/kuliah, belajar, pulang, libur dan LULUS. Sempitnya belajar disekolah hanya untuk LULUS UN, namun masuk dunia perkuliahan sepertinya belajar untuk LULUS SIDANG.

Bukan, itu bukan tujuan utama hidupku. Itu masuk dalam perjalanan hidupku. Semakin aku berpikir untuk mendapatkan jawabannya, semakin sulit, ini bahkan lebih rumit dari kalkulus matematika yang aku pelajari. Aku masih terus berpikir namun semakin aku berpikir aku terlihat bodoh, yang aku pikirkan hanyalah tujuan hidupku. Lantas segala hal yang bertentangan dengan pencarian jawaban tujuan hidupku aku abaikan. Benar jika terus dipikirkan aku memang bodoh ditambah mengabaikan banyak hal, tujuan hidupku sudah aku jalankan setiap harinya, namun masih menelaah jawabannya.

Tujuanku hanyalah BELAJAR dan LULUS

Aku belajar disetiap harinya menjadi pribadi yang selalu ingin senantiasa meregenerasi keburukannya, aku belajar setiap harinya tentang pengetahuan dunia, aku belajar setiap harinya untuk bersyukur, aku belajar setiap harinya untuk bahagia, aku belajar setiap harinya untuk menjadi wanita, aku belajar setiap harinya untuk tegak berdiri diatas kaki sendiri. Dan hasilnya bukan hitam di atas putih dengan hasil tercetak tebal LULUS, tidak bukan itu, tapi aku LULUS menjalani seleksi ujian di dunia ini dengan kelak menjadikanku pribadi yang berguna bagi keluarga, agama dan Negara. Itu doa yang orang tuaku panjatkan ketika awal mendengar tangisku memecah gelisahnya kekhawatiran mereka.

Mungkin belum sekarang, tapi aku yakin di saat ketika masa depan menyambutku, aku akan membuat ayah dan ibu bangga terhadapku. Suatu saat nanti.

Amin :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar